"kata-kata luas sekali, seperti muara
kata-kata indah sekali, rindu tapi penuh luka
diucapkan tapi tak terkatakan"
(wing karjo)
meja-meja, buku-buku berserak, dan debu. di ujungnya, sebuah puisi wing kardjo mengingatkanku pada sebuah sejarah. sejarah yang kita bangun, yang kita bentuk, yang kita hancurkan, yang kita tangisi.
seperti siang itu, secarik surat kutitipkan padaku....awal perbincangan aku meminjam kata-kata nietzcshe--pria yang sering kita bincangkan dan kita akan membayangkan bahwa di surga pasti ada dia sebagai salah satu penghuninya..."engkau tak dapat mencariku, sebab aku akan menyangkalmu. carilah dirimu, sebelum engkau mencariku. ketika engkau telah menyangkalku maka engkau akan temukan aku..". em, aku agak lupa persisnya. tapi itulah intinya. aku berbicara padamu tentang penyangkalan. aku berbicara padamu tentang luka. persahabatan kecil milik kita, dan perasaan-perasaan sialan yang kita sebut sebagai cinta.
dan aku ingat aku memprotesmu. kenapa jika memang ini cinta ini telah membuat kita menjadi orang lain. jika ini memang cinta mengapa aku menjadi malas menyentuh buku-buku dan hanya ingin memandangmu. jika ini cinta mengapa harus aku membaca supaya menjadi tampak cerdas dimatamu. jika ini memang cinta mengapa kamu harus ada...ahh
plasa sore itu, dan bunga flamboyan berjatuhan diatas kepala kita. hari itu pohon kesayanganku itu bersemi. dan buku-buku juga belum habis dibaca. kau bilang padaku, bahwa ini hadir begitu saja. sebuah perasaan yang tidak bisa dinegosiasikan.
padahal kita sedang bicara tentang kekuasaan. padahal kita sedang bicara tentang jean paul sartre dan simone de beavior, bahwa sebuah hubungan laki-laki dan perempuan dalam ikatan pernikahan adalah institusi kaum borjuis.
dan kamu memintaku sebuah hubungan dan sebuah kepastian. dan kamu mengaku bukan borjuis padahal kamu borjuis. bukankah kamu mahasiswa sayangku, si borjuis yang punya leissure time sehingga bisa protes sana protes sini. si borjuis yang bicara tentang rakyat yang mensubsidi sekolahnya.tapi kamu protes waktu aku bilang kamu borjuis. karena kamu anak petani. yang bisa sekolah karena kebetulan paling pintar di kelas. yang bercita-cita menjadi arkeolog tapi tak kesampaian karena ibunda memintamu kuliah di teknik atau kedokteran. dan kamu bilang padaku, bahwa akarmu adalah sawah, akarmu adalah tanah.
aku tiba-tiba benci kontradiksi dalam dirimu. idealisme setengah-setengahmu. standing posisimu yang tak pernah kau putuskan. penggila sartre yang menganggap hell is the other people. penggila eksistensialisme tapi mengajakku pacaran,membayangkan pernikahan, dan hidup mapan.
kenapa kau tidak mengajakku bercinta saja?
tapi aku tidak bisa bercinta denganmu. seperti kau yang tertawa pada ritualku. seperti kau tertawa karena aku tidak bisa bercinta pada siapapun tanpa pernikahan.
dan aku tertawa padamu siang itu. menertawakan ironimu.
aku pasti suatu saat akan bercinta sayang. tapi tidak denganmu.