apa salahnya menjadi cantik? apa salahnya menjadi cerdas dan cantik?
aku jadi ingat salah seorang kawan. Mahasiswa program master dan mendapat beasiswa di Australia. Sangat cantik, dan sangat cerdas. Mendapat banyak tawaran pekerjaan karena kecerdasanya. Ketika memberi ceramah, pandangannya sangat dahsyat dan baru. Diluar itu dia seorang yang sangat tekun. Aku tahu hidupnya tidak lurus-lurus saja--untuk tidak mengatakan dia tidak bahagia. Beberapa persoalan datang menemui hidupnya. Dan dia masih rajin membaca. Itu yang membuatku--dengan sering kutampakkan atau tidak--sesungguhnya teramat kagum padanya.
Selain itu gayanya memang kenes. Dia suka berbau wangi dan berdandan seksi. Dan yang membuatku semakin sayang dan bersepakat dengannya--adalah hehe, maaf, dia tidak suka dengan "gaya" (sekali lagi maaf kalau aku membuat stereotyping), gaya sebagian aktivis perempuan yang bagiku old fashion (kuharap sekarang bagi mereka gaya in jadi tidak trendi lagi): beranting besar gelang lumba-lumba, berbaju etnik, yang paling penting berselendang dibebat ke leher dan bersepatu but cetok, dan berjalan di bandara sambil menyeret tas troli. Berlenggak-lenggok seperti di catwalk, berapi-api ketika bicara kesetaraan dan kekerasan dalam rumah tangga..tapi tanpa sadar sering memaki perempuan yang memilih beberapa cara yang bersahaja; menjadi ibu rumah tangga, atau mengenakan kerudung, atau memiliki banyak anak.
Kembali ke temanku tadi. dia seorang yang suaranya seksi dan menggoda. Tapi memang itu gayanya. Dia suka menarik perhatian laki-laki. Karena umurnya yang masih muda dan cantik, dia bercerita, kadangkala saat dia ikut workshop, ada saja peserta laki-laki (kadang pembicara, laki-laki yang bekerja di NGO, dosen, atau praktisi) yang menelponnya di kamar hotel malam hari, mengajaknya keluar mencari makan malam, atau apalah.
Kadangkala dia jengkel, marah dan terhina. Kadangkala tidak. Kadangkala dia menikmatinya. Dia sering bercerita kalau orang kadang hanya melihat kecantikannya. Tidak memperhatikan kecerdasannya. Memang tidak semua orang melecehkannya, ada beberapa yang mengapresiasinya sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
oya, ada beberapa orang yang tawaran makan malamnya diterima ada juga yang tidak.
Tadinya dia marah. Tapi, lambat laun dia bersyukur pada Tuhan karena dia cantik. Dia mungkin menerima beberapa tawaran makan malam beberapa laki-laki. Tapi setidaknya dia merasa masih ada batasan moral yang dia yakini, dia bertuhan dan beribadah, dia tidak tidur dengan laki-laki ganjen yang menawarinya pekerjaan, dia tidak korupsi, tidak makan hak orang lain, dia menyisihkan hartanya untuk membantu. Juga bagi impian-impian maha kecil miliknya: menghidupi ibu dan menyekolahkan adik-adiknya sampai tamat kuliah.
Dia bersyukur dan sadar bahwa kadangkala dia memang genit. Dia memang menggoda orang. Tapi dia rajin membaca, menulis, dan yang lebih penting dia cerdas. Dia tak lagi peduli dengan kata-kata orang bahwa cantik dan seksi sama dengan bodoh. Buktikan saja dengan karya. Toh, menjadi cantik bukan kesalahan, jika kita bisa berdiplomasi dengan itu, mengapa tidak.
Kali ini saya mengamininya.