sejak dulu, saya selalu bercita-cita jadi petualang, atau orang yang selalu bepergian. ketika saya kecil, dan bapak melanjutkan kuliah ke jakarta, saya sering sekali diajak pergi kesana. yang saya ingat adalah saya sangat gembira karena kami akan naik kereta. naik kereta adalah sesuatu yang sangat istimewa. saya bisa melihat ke jendela dan melihat lampu-lampu. itulah kenapa, waktu ditanya apa cita-cita saya, saya selalu menjawab dengan lantang: jadi masinis!
saya memang tidak pernah berpindah-pindah kota--kecuali pengalaman bapak sekolah dua tahun di jakarta--tapi orangtua saya amat sering mengajak saya berwisata. walau tidak jauh, saya amat menikmati perjalanan saya ke kaliurang, ke tamansari, ke tawangmangu, sampai yang agak jauh, ke bandung, menengok tante-tante dan sepupu-sepupu bapak saya. saya sangat menikmati perjalanan. bagi saya itu petualangan yang menyenangkan.
suatu saat saya pernah menjadi kolektor perangko. pada tahun 1987-1992. saya sampai menabung beberapa bulan, agar bisa membeli satu set perangko bergambar sukarno, dan saya juga mengoleksi perangko pak harto dengan berbagai pose dan versi..haha, mulai dari pose pak harto menanam padi, pak harto dan wajib belajar, sampai perangko pasfoto pak harto dengan beragam warna. saya juga mengoleksi perangko luar negeri. sampai waktu itu (anak-anak seusia saya tidak tahu looo...:), saya tahu kalau ada negara bernama Granada, Mozambique, atau Guinna Bissau. itu karena mengoleksi perangko. dan karena mengoleksi perangko, saya memiliki cita-cita yang selalu saya tulis pada diary teman-teman saya: keliling dunia.
sampai kuliah, saya menganggap bepergian adalah hal yang istimewa. karena itu saya masih pers mahasiswa. karena dalam bayangan saya, wartawan pasti pergi-pergi. berkah dari beberapa reportase adalah, saya beberapa kali cinta lokasi. dan hehe, pada reportase kesekian, saya cinta lokasi pada seseorang yang kini menjadi suami saya. perjalanan dengan teman saya itu--sekarang suami:p--adalah perjalanan bersepeda motor ke tuban dan surabaya. dengan uang yang menipis di kantong, kami mampir di masjid untuk menginap, menumpang sana-sini, dan makan seadanya.
bepergian adalah hal yang istimewa. saya selalu menuliskan "petualang" sebagai cita-cita saya. saya selalu punya kesan dengan tempat-tempat baru yang saya datangi. saya selalu menikmati aroma dan kesegarannya. saya selalu mencoba makanan baru, dan saya selalu bangga memplokamirkan kalau saya orang yang mudah tidur dimana saja, mudah makan apa saja, dan mudah betah dimana saja.
itulah kenapa saya selalu mensyukuri setiap perjalanan, dan selalu membayangkan diri saya sebagai petualang.
sampai akhirnya saya terdampar disini. disebuah kota tua dan bersih. di ujung utara bumi. dengan matahari yang bersinar hingga pukul sepuluh malam di musim panas. di sebuah kota yang banyak bangunan kuno dan indah, ramai tapi sepi, yang penduduknya ramah, kota yang multikultur dan indah..
tapi ternyata petualang itu sedang homesick. kangen pada rumah. kangen kotagede. kangen karangpule, kangen maguwoharjo. kangen bulaksumur. kangen pada suamiku tercinta. kangen pada ibu dan bapak. kangen pada bapak ibu mertuaku. kangen pada kakak dan adik-adikku yang kadang menyebalkan. kangen pada keponakanku yang lucu. kangen orang-orang di jurusan plus makan siang bersama "orang muda" jurusan.
seandainya bertemu dora emon. seandainya ada pintu ajaib...:D