membayangkan ternate dan halmahera. aku ingat sensasi ketika pesawat mendaratkan rodanya di bumi ternate. lautan yang biru, pulau dengan seribu gunung. indah sekali. bandara yang seperti terminal di kota-kota kecil di jawa tengah macam temanggung atau wonosobo atau banjarnegara. hawanya panas. bau laut terasa. hawa yang menyenangkan. riuh rendah orang-orang di bandara, ada yang menawarkan tumpangan omprengnya, ada yang menawarkan mutiara, ada yang menawarkan untuk diangkat barangnya. riuh rendah yang mengingatkan masih banyak peer bagi bangsa ini. mengelola rakyat dan kemiskinannya. diluar ada banyak sekali pohon pala. sesekali bangunan yang rusak bekas kerusuhan beberapa tahun yang lalu.
ada banyak gunung dan seribu benteng di sana. aku jadi membayangkan, betapa menawannya pulau ini.disinilah pertama kali kolonial belanda menjejakkan kakinya. jatuh cinta pada pulau ini, jatuh cinta pada palanya, jatuh cinta pada rempahnya. perjalanan dari bandara ke kota cukup dekat. kita akan melihat gunung dan pantai dalam satu hamparan. kita akan melihat pulau maitara, tidore, dan halmahera dari kejauhan sana. seperti tergambar dalam uang seribu rupiah.
tempat yang indah tapi sedih. indah tapi miskin. indah tapi berserak. indah tapi tangis. kapal motor kami melaju ke halmahera. melewati laut yang teramat kaya dengan ikan yang luar biasa.melewati pegunungan yang indah. sebelum akhirnya kami tiba ke tobelo. aku ingat betapa enaknya lobster disana.
kami pulang dalam badai. hujan baru saja reda, dan rintik di lautan. aku melihat pelangi. that was the most beatiful rainbow in my life. setelah itu kami makan ikan mata bulan dengan bersemangat.
pulau yang ini seperti candu. selalu menagihku untuk kembali. ternate, here i come.......